SEJARAH DIBALIK PANTANGAN ORANG SUNDA MENIKAH DENGAN ORANG JAWA

Menikah adalah salah satu hal yang paling membahagiakan di kehidupan setiap orang. Bagaimana tidak, peristiwa sekali dalam seumur hidup itu adalah langkah awal memulai hidup baru dengan orang yang kita cintai. Tapi, apa kalian tahu bahwa menikah pun ada pantangan nya loh, seperti orang Batak yang dilarang untuk menikah dengan orang semarga, atau orang Batak yang dilarang untuk menikah dengan orang Jawa.

Nah, kali ini kita akan membahas salah satu pantangan menikah yang sangat terkenal, yaitu Larangan Orang Sunda Menikah dengan Orang Jawa, begitupun sebaliknya.

Ternyata asal usul dibalik pantangan ini adalah perselisihan antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Padjajaran.

Alkisah diceritakan bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang terkuat, terkaya, dan terbesar wilayahnya di nusantara. Namun, ada satu kerajaan yang tidak pernah Majapahit taklukan, yaitu kerajaan Sunda, Kerajaan Padjajaran, karena posisi kerajaan ini yang cukup unik sehingga tidak mudah untuk diduduki oleh bala tentara Majapahit.
Ilustrasi Situasi Kerajaan Padjajaran
Ilustrasi Perang Bubat

Suatu hari, Hayam Wuruk yang merupakan raja keempat dari Kerajaan Majapahit merasa kesepian dan sendirian dikarenakan ia tidak kunjung menemukan pendamping hidupnya. Karena merasa hidupnya sangat datar jika tidak kunjung menemukan permaisuri untuknya, ia pun meminta kepada Mak Comblang untuk membawa Wanita Tercantik Se-Nusantara untuknya. Mak Comblang menyetujui hal itu dan langsung mencari wanita tercantik untuk Sang Raja, Hayam Wuruk.

Tidak lama kemudian, Mak Comblang menemukan wanita itu, dan wanita itu adalah Putri Dyah Pitaloka, anak Prabu Maharaja Lingga Buana dari kerajaan tanah Sunda, yaitu Padjajaran (Ini juga menjadi asal usul mengapa Bandung disebut sebagai Kota Kembang, karena wanita tercantik se-nusantara ada di Tanah Sunda). Hayam Wuruk yang sudah tidak sabar untuk menemui calon permaisuri nya langsung gembira, dan memeritahkan Mak Comblang untuk membawa persembahan, pasukan, dan penggiring ke Padjajaran.

Setelah sampai di Padjajaran, Mak Comblang langsung menyebutkan maksud nya datang kemari dengan membawa semua ini. Prabu Maharaja Lingga Buana dengan senang hati menerima lamaran dari Hayam Wuruk, karena Prabu Maharaja Lingga Buana juga berfikir kalau putri nya menjadi permaisuri Hayam Wuruk, itu berarti Kerajaan Padjajaran dan Kerajaan Majapahit bisa bersatu.

Hingga hari yang dinanti pun telah tiba, rombongan dari Padjajaran berangkat menuju Kerajaan Majapahit melalui jalan yang ditempuh dengan waktu yang tidak sebentar. Semua penghuni Kerajaan Majapahit sangat gembira karena ini adalah hari yang akan sangat bersejarah. Namun, tidak dengan Adipatih Arya Gadjah Mada. Karena keambisiusan Gadjah Mada untuk memenuhi Sumpah Palapa nya, Gadjah Mada melihat hal ini justru menjadi peluang untuk menaklukan Padjajaran.

Setelah rombongan Padjajaran tiba di Majapahit, bala tentara Majapahit bukan menyambut mereka dengan sorak gembira, namun justru dengan keadaan siap seolah akan berperang. Gadjah Mada yang saat itu menyadari bahwa Hayam Wuruk sedang tidak ada di istana, langsung memerintahkan armada dan tentara Majapahit untuk menyerang rombongan dari Padjajaran. Merasa tidak dihargai, Prabu Maharaja Lingga Buana juga memerintahkan rombongan nya yang kalah jumlah dengan Majapahit itu untuk meladeni maksud dari Majapahit. Dalam keadaan marah, Prabu Maharaja Lingga Buana juga turut serta dalam perang itu.

Satu persatu bala tentara Padjajaran tumbang dalam peperangan yang disebut dengan Perang Bubat itu, tak terkecuali juga dengan Sang Raja Terhormat, Prabu Maharaja Lingga Buana. Putri Dyah Pitaloka Citraresmi yang hanya bisa diam di hadapan kematian sang Ayah menangis dan meratapi nasib nya yang buruk setelah dikhianati oleh calon suami nya sendiri. Di tengah-tengah keadaan yang tidak menentu setelah perang, Putri Dyah Pitaloka enggan mengabdi kepada Majapahit, ia pun bunuh diri, mengorbankan diri nya sendiri demi harga diri Padjajaran. Namun, sebelum ia bunuh diri, ia sempat mengucapkan sumpah serapah,

"Saya bersumpah akan mengutuk siapapun orang Sunda yang menikah dengan orang Jawa"

Sejak hari itu, larangan Suku Sunda menikah dengan Suku Jawa jadi melegenda dan sampai sekarang masih banyak yang percaya akan kutukan dari Putri Dyah Pitaloka Citraresmi.

Nah, kalau kamu gimana? percaya atau tidak dengan kutukan dari putri?

5 comments for "SEJARAH DIBALIK PANTANGAN ORANG SUNDA MENIKAH DENGAN ORANG JAWA"

  1. Maaf gak bisa beri tanggapan apa2 , lagi pula ini sumpah dari tuan putri , tapi tetap saja jika Allah yang berkehendak , sekalipun sumpah dari sang tuan putri , semua nya tidak berarti apa2 di hadapan. Allah swt

    ReplyDelete
  2. semoga yang menikah dan yang telah berjodoh di berikan. Kehidupan yang bahagia baik dunia maupun akhirat nya

    ReplyDelete
  3. Allah Akbar , astarfirullahaladzim

    ReplyDelete
  4. #hidup dan matiku milik Allah bukan dirimu

    ReplyDelete
  5. sekalipun engkau adalah tuan putri , tapi tetap saja tindakan bunuh diri , yang kau lakukan akan menjerumuskan , mu ke neraka , hanya Allah yang lebih tau , aku hanya menyembah kepada Allah ,

    ReplyDelete

Post a Comment

Komentarlah dengan Bahasa yang baik, sopan dan benar